Dalam beberapa
hari ini aku bertanya-tanya dalam hati, apa sebenarnya yang melandasi kita
dalam mensikapi sebuah kejadian. Mulanya aku beranggapan bahwa sikap itu muncul
dengan dilandasi pola pikir kita. Maksudnya sikap itu muncul karena
kecenderungan yang sudah tertanam semenjak kita bisa menanamkan dalam diri kita
sebuah kebiasaan, baik kebiasaan yang lahir karena kita adopsi dari orang tua
dan lingkungan kita atau dari pemahaman kita yang didapat karena membaca atau
mengkonsumsi dari media2 apapun yang pernah masuk dalam penalaran kita. Namun
aku jadi ragu ketika didalamnya ada semacam energi yang mengakibatkan emosi
kita muncul kepermukaan dan mendominasi pola pikir kita tadi.
Kita jadi
mengabaikan atau bahkan kehilangan orientasi kita terhadap pola pikir kita dan
kebiasaan-kebiasaan kita yang sudah sangat kuat menjadi penghuni alam pikir
kita. Kita jadi sama sekali kehilangan kendali terhadap apa yang pernah kita
adopsi, baca dan lihat tentang bagaimana seharusnya mensikapi sebuah kejadian.
Ya..kita kehilangan pemikiran kita tentang agama, adat, nilai sosial dan
kemanusiaan yang pernah kita tanamkan dalam pikiran kita. Seolaholah pikiran
kita sangat tidak punya energi untuk menjadi basis sikap kita dalam mensikapi
sebuah kejadian.
Lalu aku jadi
ragu terhadap pola pikir kita itu...disatu sisi dia kuat, disisi yang lain dia
sangat lemah. Kemudian aku coba mengenali energi yang bisa mendominasi pikiran
kita itu. Energi yang muncul begitu kuat sehingga bahkan kesadaran kita
terhadap apapun yang pernah kita pakai jadi hilang. Malah secara menakjubkan
dia mengalihkan pola pikir kita untuk mengikuti daya geraknya, mensukseskan apa
yang menjadi muara dari kemunculannya dalam situasi yang harus kita hadapi.
Ahirnya aku merasakan seolah-olah dialah...energi itulah yang justru melandasi
sikap dalam menyelesaikan suatu masalah.
Ada yang
menarik dan membuatku takjub ketika dia dengan mudah membalikan pikiran kita
dan malah menjadikan pikiran kita itu suatu alat untuk mendukung
keberadaanya...kemunculannya itu. Aku merasakan bahwa dia hanyalah energi buta.
Dimana ketika bergerak tanpa pikiran, dia hanya energi besar yang tidak
mempunyai arah. Namun ketika dia bisa menguasai pikiran, energi itu baru terasa
hidup dan menguasai hampir seluruh kesadaran kita.
Entah...apakah dia
muncul karena kondisi dan keadaannya sendiri untuk muncul, ataukah karena kita
yang memunculkannya, ataukah karena pikiran kita yang mengusungnya kemana
pikiran kita itu pergi. Yang jelas energi itu ada...dimana imbas yang kita
rasakan ketika dia muncul atau indikasi kemunculannya adalah dengan munculnya
juga perasaan ingin menang, mengelak dari kesalahan, mencari pembenaran, menenggelamkan
kejernihan pikiran, membolak-balikan kenyataan dsb.
Hmm...sampai
sejauh ini, apakah ada yang bisa membantuku menjelaskannya?
Agen Judi Bola
BalasHapusAgen Judi Online
Agen Judi
Agen Bola
Agen Sbobet
Agen Bola Ibcbet
Agen Casino Online
Agen Terpercaya
Prediksi Akurat