Jumat, 05 Juni 2009

HAMBA

Aku tak tahu persis makna asli dari kata "HAMBA" itu. Namun dibenakku masih jelas terekam bahwa hamba merujuk pada sebuah kata yaitu "BUDAK"...entah. Satu hal lagi...kata itu selalu mengingatkanku pada sebuah kejadian...beberapa kejadian (penggunaan kata itu) yang tak mampu aku pahami secara jelas hingga saat ini. Ya... aku masih ingat beberapa kejadian dimana kata "HAMBA" digabung dengan kata lain menjadi "HAMBA ALLAH" .... itu!!

Ratusan atau ribuan kali, kata tersebut sering tercerap masuk, baik berasal dari tulisan/ kata2 seseorang yang menganggap dirinya sebagai "HAMBA ALLAH". Awalnya aku kagum. Kata2 itu mampu membuat makna yang unik tentang hubungan mahluk dengan Tuhannya. Namun kian lama justru kata2 tersebut membuatku cukup nek, mendekati muak...bahkan antipati.

Bukan apa2, hanya saja peng-identikan kita denga kata 'hamba Allah' justru (bagi intelektualku yang terbatas) adalah sebaliknya. Tuhan malah (seolah) menjadi "BUDAK" dari keinginan2 kita, dengan doa2 yang kita taburkan di atmosphere spiritual kita. "Menganggap" bahwa kita adalah raga yang harus dilayani dengan ini itu.

Bukankah seorang budak (hamba Allah) seharusnya menerima apapun perintahNya untuk kemudian melaksanakan dengan tanpa melibatkan dualisme pikiran kita? Kenyataannya tidak!!! Kita seolah justru "mendikte"-Nya, mengeluh kepadaNya tentang takdir ke-hambaan kita. Lebih aneh lagi, seorang budak malah selalu dicukupi dengan segala macam berkahNya tanpa bisa "berbuat" apapun... kita malah dilayaniNya (kapan kita melayaninya?)... menakjubkan!!

Lalu...sampai disitu, bukankah Tuhan adalah "hamba" kita, 'budak" kita? Lalu...sampai disitu... Apakah kita masih cukup berani mentahbiskan diri kita sebagai HAMBA ALLAH???